JAKARTA - Menjelang akhir 2025, sektor perbankan nasional menunjukkan dinamika yang menarik.
Hasil laporan keuangan kuartal III/2025 menegaskan bahwa sebagian besar bank besar di Indonesia masih mampu mencetak keuntungan tinggi, meskipun tekanan ekonomi global dan biaya dana yang meningkat memberi tantangan tersendiri.
Dari sepuluh bank dengan laba bersih tertinggi, tampak bahwa bank swasta dan bank BUMN saling bersaing ketat dalam mempertahankan posisi teratas. Di antara semuanya, PT Bank Central Asia Tbk.
(BCA) kembali menempati posisi puncak dengan laba bersih terbesar, diikuti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI).
Beberapa bank mencatatkan pertumbuhan laba, sementara lainnya mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.
Pola ini menggambarkan bagaimana strategi ekspansi, efisiensi biaya, dan kualitas aset menjadi faktor kunci dalam menjaga profitabilitas di tengah ketidakpastian ekonomi.
BCA Masih Menjadi Jawara Laba
Sebagai bank swasta terbesar di Tanah Air, BCA mempertahankan gelar bank paling untung hingga September 2025. Bank milik Djarum Group ini mencatat laba bersih tahun berjalan sebesar Rp43,41 triliun, meningkat 5,66% secara tahunan (YoY) dari Rp41,08 triliun pada periode sama 2024.
Kinerja positif BCA didorong oleh pendapatan bunga bersih yang naik 4,93% YoY menjadi Rp64,09 triliun. Penyaluran kredit mencapai Rp931,87 triliun (naik 7,52%), sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 7,03% menjadi Rp1.204,73 triliun.
Dari sisi kesehatan keuangan, rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) meningkat dari 29,31% menjadi 29,94%. NPL gross menurun sedikit ke 2,10%, sementara NPL nett naik menjadi 0,77%. Kombinasi pertumbuhan kredit dan pengelolaan risiko yang baik menjadikan BCA tetap unggul di tengah kompetisi ketat.
Bank Mandiri: Kuat di Kredit, Laba Terkoreksi
Bank berlogo pita emas ini menempati posisi kedua dengan laba bersih Rp41,37 triliun, turun 10,22% YoY dari Rp46,08 triliun. Meski labanya menurun, Bank Mandiri tetap menunjukkan fundamental kokoh lewat pertumbuhan pendapatan bunga bersih 3,50% YoY menjadi Rp78,55 triliun.
Dari sisi intermediasi, kredit yang disalurkan mencapai Rp1.720,25 triliun (naik 11,56%), sementara DPK tumbuh 13% menjadi Rp1.884,18 triliun. Namun, KPMM turun ke 19,04%. NPL gross naik ke 1,03% dan NPL nett ke 0,40%.
Kendati margin laba menurun, pertumbuhan kredit yang agresif menegaskan peran Mandiri sebagai bank korporasi terkuat di segmen pembiayaan besar.
BRI: Stabil di Tengah Tekanan
Bank spesialis mikro, BRI, menempati posisi ketiga dengan laba Rp41,23 triliun, turun 9,10% dari Rp45,36 triliun tahun sebelumnya. Pendapatan bunga bersih tetap positif di Rp111,97 triliun (tumbuh 1,93%). Kredit mencapai Rp1.379,68 triliun (naik 7,65%) dan DPK Rp1.474,78 triliun (naik 8,25%).
Meski penyaluran kredit tumbuh, rasio KPMM turun menjadi 23,01%, dan NPL gross naik ke 3,29%. Peningkatan kredit UMKM tetap menjadi kekuatan utama BRI, namun tekanan terhadap kualitas aset masih menjadi pekerjaan rumah besar bank ini.
BNI: Ekspansi Kredit Agresif, Laba Turun Tipis
BNI berada di posisi keempat dengan laba Rp15,23 triliun, menurun 7,32% dari Rp16,43 triliun pada kuartal III/2024. Pendapatan bunga bersih sedikit menyusut 0,63% menjadi Rp29,25 triliun.
Namun, kredit tumbuh 10,50% YoY menjadi Rp812,19 triliun, dan DPK melonjak 21,38% ke Rp934,32 triliun. KPMM turun tipis ke 21,09%. NPL gross menyusut ke 1,96%, sementara NPL nett naik ke 0,78%. BNI tampak fokus pada perluasan kredit korporasi dan UMKM, dengan strategi digitalisasi untuk memperkuat basis dana murah.
BSI: Satu-Satunya Bank Syariah di Top 10
PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) mempertahankan momentum positif dengan laba Rp5,56 triliun, tumbuh 9,04% YoY. Pendapatan bunga bersih meningkat tajam 13,99% menjadi Rp15,33 triliun, dan pembiayaan bagi hasil melonjak 22,72% ke Rp134,53 triliun.
Dana simpanan wadiah tumbuh 9,12% menjadi Rp77,07 triliun. Rasio KPMM naik ke 21,59%, NPF gross turun ke 1,84%, dan NPF nett ke 0,55%. Sebagai satu-satunya bank syariah di daftar ini, BSI membuktikan kemampuannya bersaing dengan bank konvensional melalui digitalisasi dan efisiensi operasional.
CIMB Niaga: Pertumbuhan Tipis Tapi Stabil
CIMB Niaga mencatat laba Rp5,33 triliun, tumbuh 2,93% YoY. Pendapatan bunga bersih naik tipis 0,71% menjadi Rp10,07 triliun. Penyaluran kredit sebesar Rp170,42 triliun (naik 7,97%), sementara DPK mencapai Rp278,01 triliun (naik 8,61%).
KPMM meningkat ke 24,73%, NPL gross turun sedikit ke 1,98%, dan NPL nett naik ke 0,80%. CIMB tetap menunjukkan kinerja stabil berkat strategi digitalisasi layanan dan efisiensi biaya, meskipun tekanan bunga tinggi masih terasa.
OCBC NISP: Pertumbuhan Laba Tipis, DPK Melesat
OCBC NISP membukukan laba Rp3,82 triliun, naik tipis 0,17% YoY. Pendapatan bunga bersih sedikit menurun 0,10% menjadi Rp8,10 triliun. Kredit disalurkan Rp158,52 triliun (naik 2%), dan DPK melonjak 15,41% ke Rp230,12 triliun.
Rasio KPMM meningkat ke 24,88%, sementara NPL gross naik ke 2,00%, dan NPL nett ke 0,77%. Meskipun pertumbuhan laba tidak signifikan, peningkatan dana murah menegaskan kepercayaan nasabah korporasi terhadap stabilitas OCBC NISP.
Bank Danamon: Pemulihan Kuat, Laba Naik Dua Digit
Bank Danamon menjadi salah satu bintang pertumbuhan dengan laba Rp2,90 triliun, melonjak 20,08% YoY dari Rp2,41 triliun. Pendapatan bunga bersih justru sedikit turun 0,10% menjadi Rp11,91 triliun, namun efisiensi biaya dan penyaluran kredit yang naik 7,23% menjadi Rp151,08 triliun membantu meningkatkan profitabilitas.
DPK tumbuh 14,52% ke Rp167,71 triliun. KPMM naik ke 26,56%, NPL gross turun ke 1,83%, dan NPL nett turun ke 0,25%. Kinerja ini menunjukkan keberhasilan Danamon memperbaiki kualitas aset pascapandemi dengan strategi fokus pada segmen ritel dan kendaraan bermotor.
Bank Permata: Konsisten Bertumbuh Moderat
Bank Permata mencetak laba Rp2,88 triliun, naik 3,49% YoY. Pendapatan bunga bersih menurun 0,45% menjadi Rp7,57 triliun. Kredit tumbuh 7,17% ke Rp134,71 triliun dan DPK naik 6,87% ke Rp195,87 triliun.
KPMM meningkat ke 34,96%, NPL gross naik ke 2,14%, dan NPL nett turun ke 0,35%. Permata berhasil menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan kehati-hatian risiko, meski tekanan pada margin masih terlihat.
BTN: Laba Naik, Tapi Risiko Kredit Menguat
BTN menutup daftar dengan laba Rp2,30 triliun, tumbuh 10,58% YoY. Pendapatan bunga bersih melonjak signifikan 43,55% menjadi Rp12,76 triliun. Kredit disalurkan Rp329,92 triliun (naik 5,29%), dan DPK mencapai Rp429,92 triliun (naik 15,96%).
Namun, rasio KPMM turun ke 18,00%. NPL gross naik ke 3,45% dan NPL nett ke 2,00%. Pertumbuhan laba BTN terutama berasal dari sektor kredit perumahan, tetapi peningkatan risiko pembiayaan masih menjadi catatan penting.
Ketahanan dan Tantangan Bank-Bank Nasional
Dari hasil kuartal III/2025, dapat disimpulkan bahwa perbankan Indonesia masih tangguh di tengah kondisi ekonomi yang menantang. Bank-bank besar mampu mempertahankan pertumbuhan kredit dan menjaga permodalan yang sehat, meskipun margin bunga bersih mulai tertekan.
BCA, Mandiri, dan BRI masih menjadi tiga pilar utama industri, sementara kehadiran BSI di lima besar menunjukkan bahwa bank syariah kini mampu bersaing di level nasional. Ke depan, tantangan utama perbankan adalah mengelola kualitas aset, memperkuat digitalisasi, serta menyeimbangkan antara ekspansi dan risiko kredit.
Dengan performa demikian, sektor perbankan nasional diyakini tetap menjadi penopang utama stabilitas ekonomi Indonesia pada 2025 dan tahun-tahun mendatang.