Proyek Hilirisasi

Presiden Perintahkan Percepatan Proyek Hilirisasi Strategis Senilai Enam Ratus Triliun

Presiden Perintahkan Percepatan Proyek Hilirisasi Strategis Senilai Enam Ratus Triliun
Presiden Perintahkan Percepatan Proyek Hilirisasi Strategis Senilai Enam Ratus Triliun

JAKARTA - Pemerintah Indonesia menekankan percepatan penyelesaian 18 proyek hilirisasi strategis di berbagai sektor, termasuk energi dan sumber daya mineral.

Presiden RI Prabowo Subianto memerintahkan agar proyek-proyek ini selesai pada tahun 2025, menegaskan bahwa percepatan hilirisasi menjadi prioritas nasional. Total nilai investasi dari proyek-proyek ini diperkirakan mencapai lebih dari Rp 600 triliun.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan arahan Presiden dalam Rapat Terbatas di Istana Merdeka. Bahlil menjelaskan bahwa percepatan ini tidak hanya berlaku di sektor energi dan mineral, tetapi juga sektor perikanan dan pertanian.

 “Percepatan hilirisasi baik di sektor perikanan, kemudian di sektor pertanian, dan di sektor energi dan mineral batu bara. Tadi kami sudah membicarakan setelah pulang dari Cilegon, arahan Bapak Presiden dari 18 proyek yang sudah selesai pra-FS (feasibility study), dan sudah dibicarakan dengan Danantara, tadi Pak Rosan juga, kita akan selesaikan di tahun ini untuk semuanya,” ujar Bahlil.

Dampak Ekonomi dan Lapangan Kerja

Proyek-proyek hilirisasi ini ditargetkan mulai beroperasi pada 2026 dan diproyeksikan memiliki dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Bahlil menegaskan bahwa percepatan proyek-proyek ini akan menciptakan lapangan kerja dan produk strategis yang dapat menggantikan impor.

 “Dengan kita melakukan percepatan 18 proyek yang nilai investasinya lebih dari Rp 600 triliun, maka ini akan menciptakan pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan pekerjaan, dan produk-produknya itu menjadikan sebagai substitusi impor,” tambah Bahlil.

Sebanyak 67 persen proyek berlokasi di luar Pulau Jawa untuk mendorong pemerataan pembangunan. Dari 18 proyek tersebut, 12 berada di sektor ESDM: delapan proyek mineral dan batubara, dua proyek transisi energi, dan dua proyek ketahanan energi. Secara total, proyek ini diproyeksikan membuka lebih dari 270 ribu lapangan kerja baru di seluruh Indonesia.

Dimethyl Ether (DME) untuk Mengurangi Ketergantungan Impor

Selain percepatan 18 proyek, pemerintah juga fokus pada proyek Dimethyl Ether (DME) yang menjadi pengganti LPG impor. Proyek ini penting untuk mendukung kemandirian energi Indonesia. 

Bahlil menekankan urgensi pembangunan DME karena kebutuhan LPG nasional akan meningkat secara signifikan. “Kita tahu bahwa tadi kita baru habis resmikan Cilegon, itu kita membutuhkan LPG kurang lebih sekitar 1,2 juta ton per tahun. Maka konsumsi kita nanti ke depan, di 2026, itu sudah mencapai hampir 10 juta ton LPG. Tidak bisa kita lama, kita harus segera membangun industri-industri dalam negeri,” jelasnya.

Tonggak Hilirisasi Petrokimia Nasional di Cilegon

Presiden Prabowo sebelumnya meresmikan pabrik New Ethylene Project milik PT Lotte Chemical Indonesia (LCI) di Cilegon, Banten. Proyek ini menjadi tonggak penting hilirisasi industri petrokimia nasional. Investasi sebesar US$ 3,9 miliar atau sekitar Rp 62,4 triliun menjadikan proyek ini salah satu yang terbesar di Asia Tenggara.

Pabrik Naphtha Cracker yang dibangun LCI merupakan yang pertama di Indonesia setelah hampir 30 tahun. Pabrik ini mampu memproduksi etilena, propilena, dan produk turunan lainnya yang menjadi bahan baku industri domestik seperti plastik, tekstil, dan farmasi. Pembangunan pabrik ini juga menandai kepercayaan investor global terhadap kebijakan hilirisasi yang ditempuh pemerintah.

Hilirisasi untuk Kedaulatan dan Pertumbuhan Industri

Percepatan proyek hilirisasi menjadi strategi pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya alam dan memperkuat kedaulatan ekonomi nasional. 

Dengan mengolah bahan mentah menjadi produk bernilai tinggi di dalam negeri, Indonesia diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada impor dan meningkatkan kapasitas industri domestik.

Bahlil menegaskan bahwa proyek-proyek hilirisasi tidak hanya berorientasi pada keuntungan ekonomi semata, tetapi juga memperkuat kedaulatan nasional. “Pembangunan proyek hilirisasi ini strategis untuk pertumbuhan ekonomi, penguatan industri nasional, serta membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat,” ujar Bahlil.

Investasi dan Kepercayaan Investor Global

Keberhasilan percepatan 18 proyek ini diharapkan meningkatkan minat investor untuk menanamkan modal di sektor hilirisasi dan industri pengolahan dalam negeri.

Dengan adanya proyek-proyek strategis seperti New Ethylene Project, pemerintah dapat menunjukkan bahwa Indonesia siap menjadi pusat industri hilir yang kompetitif di kawasan Asia Tenggara.

Proyek-proyek hilirisasi ini mencakup berbagai sektor, dari energi, mineral, hingga petrokimia. Dengan target operasional pada 2026, Indonesia akan mendapatkan manfaat ganda: pertumbuhan ekonomi nasional serta penguatan industri strategis yang dapat menopang kebutuhan domestik sekaligus meningkatkan ekspor.

Arahan Presiden Prabowo untuk mempercepat 18 proyek hilirisasi dengan total investasi lebih dari Rp 600 triliun menunjukkan komitmen pemerintah untuk membangun kemandirian industri nasional. 

Proyek-proyek ini tidak hanya bertujuan menciptakan pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja, tetapi juga memperkuat ketahanan energi, mengurangi ketergantungan impor, serta mendorong pemerataan pembangunan di seluruh Indonesia.

Dengan percepatan ini, Indonesia menunjukkan bahwa hilirisasi bukan sekadar slogan, tetapi implementasi nyata yang mengubah struktur industri nasional. Keberhasilan proyek-proyek ini akan menjadi fondasi bagi pengembangan industri strategis masa depan, memperkuat kapasitas domestik, serta meningkatkan daya saing Indonesia di kancah global.

Proyek-proyek hilirisasi ini juga menegaskan bahwa investasi besar di sektor strategis dapat diiringi dengan nilai tambah yang nyata bagi masyarakat, dari penciptaan lapangan kerja hingga penguatan industri dalam negeri. 

Dengan sinergi pemerintah, pelaku industri, dan investor, Indonesia diproyeksikan mampu membangun ekosistem industri nasional yang mandiri, berkelanjutan, dan kompetitif.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index