BURSA

Bursa Targetkan BUMN Jadi Lighthouse IPO Strategis Tahun 2026

Bursa Targetkan BUMN Jadi Lighthouse IPO Strategis Tahun 2026
Bursa Targetkan BUMN Jadi Lighthouse IPO Strategis Tahun 2026

JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah menyiapkan langkah strategis untuk mendorong perusahaan BUMN berpartisipasi di pasar modal melalui pencatatan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO). 

Tahun 2026 menjadi momentum penting bagi BUMN besar untuk bertransformasi menjadi lighthouse IPO, yaitu emiten unggulan yang menjadi indikator kualitas dan ukuran pasar modal Indonesia.

Direktur Penilaian BEI, I Gede Nyoman Yetna, menegaskan harapannya agar BUMN ikut berpartisipasi dalam IPO. “Jadi harapan kita, harapan Bursa, ada lighthouse-lighthouse yang nanti berasal dari State Owned Enterprise (BUMN),” ujarnya. 

Meskipun tahun ini belum ada BUMN yang melakukan IPO, hubungan antara BEI dengan pemegang saham BUMN tetap harmonis. Dari Kementerian BUMN hingga BPI Danantara, BEI terus mendorong partisipasi BUMN di pasar modal.

Manfaat BUMN Bagi Market Deepening

Menurut Nyoman, keterlibatan BUMN dalam pasar modal tidak sekadar mencari pendanaan, tetapi juga berperan penting dalam meningkatkan kedalaman pasar. Partisipasi BUMN dapat memperluas likuiditas dan memperkuat ekosistem pasar modal nasional.

 “Kontribusi dari State Owned Enterprise akan dapat membantu market deepening dari pasar modal Indonesia,” pungkasnya.

Kehadiran BUMN sebagai emiten besar diyakini akan menarik minat investor domestik maupun asing, sehingga pasar modal Indonesia semakin kompetitif dan berdaya saing. Dengan kata lain, BUMN bukan hanya sumber modal, tetapi juga indikator kualitas pasar.

Pipeline Lighthouse IPO Tahun Ini

BEI mencatat ada tiga perusahaan BUMN beraset besar yang sedang dalam proses IPO. Kehadiran mereka melengkapi pipeline lighthouse IPO setelah lima perusahaan sebelumnya tercatat di bursa.

 “Di tahun ini setelah mencapai 5 tadi yang sudah tercatat, ada 3 sebetulnya lighthouse IPO yang ada di pipeline kita dan sedang dalam proses,” jelas Nyoman.

Perusahaan-perusahaan ini bergerak di sektor perbankan, infrastruktur, dan tambang. Kehadiran mereka diharapkan menjadi tolok ukur stabilitas dan kualitas pasar, sekaligus membuka peluang investasi yang lebih luas bagi publik.

Kriteria Lighthouse IPO

Lighthouse IPO memiliki kriteria tertentu untuk memastikan kualitas emiten. Salah satu indikator utama adalah kapitalisasi pasar minimal Rp 3 triliun, serta free float minimal 15% atau sekitar Rp 700 miliar. Kriteria ini bertujuan agar emiten memiliki skala yang signifikan dan layak menjadi acuan pasar.

“Kualitas ditunjukkan oleh size. Sizeable IPO, Lighthouse IPO, tadi Pak Iman sudah menyampaikan apa kriterianya. Pertama tentu market capitalization, lebih dari Rp 3 triliun,” ungkap Nyoman. Dengan standar ini, investor dapat menilai potensi dan stabilitas perusahaan sebelum berinvestasi.

Target BEI Tahun 2026

Direktur Utama BEI, Iman Rachman, menjelaskan target besar untuk tahun 2026. BEI menargetkan 50 perusahaan melakukan IPO, dengan enam di antaranya merupakan lighthouse yang berasal dari BUMN atau perusahaan besar lainnya. Saat ini, 13 perusahaan berada dalam pipeline, sebagian besar diperkirakan terealisasi akhir tahun ini.

“Di pipeline ada 13 (perusahaan). Yang 13 itu tahun ini. Tahun depan tentu saja kita optimis bisa mencapai 50 (perusahaan),” kata Iman. Target ini menunjukkan optimisme BEI untuk memperluas jumlah emiten sekaligus menjaga kualitas pencatatan di pasar modal.

Fokus Kualitas IPO, Bukan Sekadar Kuantitas

BEI menekankan bahwa kualitas IPO menjadi prioritas, bukan hanya jumlah emiten. Target enam lighthouse IPO berdasarkan perhitungan kapitalisasi pasar dan free float diharapkan mencerminkan kredibilitas pasar.

“Tahun ini target kita 5 lighthouse IPO. Artinya apa, bahwa dengan market cap Rp 3 triliun dengan 15% free float. Walaupun free float IPO-nya, ya 700 miliar rupiah minimal. Jadi tahun ini kita targetkan 6 lighthouse. Jadi dari 50 yang itu ada 6 lighthouse IPO,” jelas Iman.

Selain itu, BEI juga memantau kualitas perusahaan tercatat agar pasar modal tidak hanya berkembang secara kuantitas, tetapi juga memiliki fondasi yang sehat dan kredibel.

Dampak Positif Bagi Sektor Strategis

Masuknya BUMN besar ke pasar modal memiliki efek pengganda. Sektor perbankan, infrastruktur, dan energi diperkirakan akan semakin stabil dan menarik investasi baru. Investor mendapatkan opsi investasi lebih luas, sementara perusahaan mendapatkan akses pendanaan untuk ekspansi.

Pendekatan ini menciptakan ekosistem yang sehat: perusahaan yang kuat dan berkualitas mendorong pertumbuhan pasar, sementara investor merasa aman untuk menempatkan modalnya.

Edukasi Pasar dan Peran Investor

BEI juga menekankan pentingnya edukasi pasar. Investor diharapkan memahami risiko dan potensi keuntungan sebelum berpartisipasi dalam IPO. Hal ini akan menciptakan partisipasi yang lebih matang dan terukur, serta mendukung pertumbuhan pasar modal yang berkelanjutan.

Strategi Jangka Panjang dan Inovasi Pasar

Rencana BEI menargetkan BUMN sebagai lighthouse IPO merupakan strategi jangka panjang. Dengan melibatkan perusahaan besar, bursa berharap terjadi transformasi pasar modal yang lebih stabil dan kompetitif. Selain itu, inovasi dalam manajemen emiten dan strategi pencatatan diharapkan mendorong pertumbuhan pasar secara berkesinambungan.

Tahun 2026 Momentum Penting Bagi Pasar Modal

Secara keseluruhan, target BEI menjadikan BUMN sebagai lighthouse IPO pada tahun 2026 diharapkan memperkuat pasar modal Indonesia baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. 

Kehadiran perusahaan besar di lantai bursa menjadi tolok ukur kemajuan pasar, meningkatkan likuiditas, dan memberi peluang investasi lebih luas bagi publik. Jika strategi ini berhasil, BEI dapat menjadikan pasar modal Indonesia lebih menarik, kompetitif, dan tahan terhadap guncangan ekonomi.

Dengan pipeline yang jelas, kriteria yang ketat, dan fokus pada kualitas, pasar modal Indonesia siap menghadapi tahun 2026 sebagai era baru yang didukung oleh peran strategis BUMN.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index