JAKARTA - Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat pada perdagangan hari ini, Jumat, 14 November 2025.
Penguatan ini menjadi sorotan karena didorong oleh dinamika pasar global serta ekspektasi investor terhadap data ekonomi AS yang akan dirilis pekan depan.
Berdasarkan data Bloomberg pukul 09.00 WIB, Rupiah dibuka menguat 0,06% atau 10 poin ke level Rp16.718 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS bergerak naik 0,03% ke posisi 99,18 pada saat yang sama.
Di kawasan Asia Pasifik, mata uang bergerak bervariasi. Yen Jepang melemah tipis 0,01%, dolar Hong Kong stagnan, dolar Singapura turun 0,01%, dan dolar Taiwan melemah 0,26%.
Sebaliknya, won Korea Selatan menguat 0,42%, peso Filipina naik 0,20%, yuan China stagnan, ringgit Malaysia melemah 0,05%, dan baht Thailand menguat 0,06%.
Investor Tunggu Data Ekonomi AS
Investor global saat ini menunggu sejumlah data ekonomi AS yang tertunda akibat penutupan sementara pemerintahan. Data yang akan dirilis diperkirakan menunjukkan perlambatan ekonomi.
Pelemahan dolar yang terjadi semalam bersamaan dengan aksi jual di pasar saham dan obligasi AS mengingatkan kembali pada gejolak pasar pada April lalu ketika ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve (The Fed) mulai mengendur.
“Ada aroma ‘sell America’ yang kembali terasa di pasar,” kata Ray Attrill, Head of FX Research di National Australia Bank.
Kondisi ini menunjukkan bahwa sentimen investor terhadap dolar masih rentan terhadap berita ekonomi dan keputusan kebijakan The Fed. Meski perlambatan biasanya memicu ekspektasi pelonggaran suku bunga, pergerakan kontrak Fed funds futures menunjukkan arah yang sebaliknya, mencerminkan ketidakpastian pasar yang cukup tinggi.
Joseph Capurso, Head of Foreign Exchange, International, and Geoeconomics di Commonwealth Bank of Australia, menambahkan bahwa pasar kini sedang bersiap menghadapi gelombang data ekonomi AS yang melemah.
“Saya pikir pasar sekarang sedang bersiap menghadapi gelombang data ekonomi AS yang melemah,” ujar Capurso.
Selain itu, Gedung Putih mengindikasikan bahwa data tingkat pengangguran AS untuk Oktober mungkin tidak akan dirilis, karena survei rumah tangga yang menjadi dasar data tidak dilakukan selama penutupan pemerintahan. Hal ini menambah ketidakpastian bagi pelaku pasar global.
Saat ini, investor memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga 25 basis poin pada Desember berada di bawah 50%, menandakan pasar menilai The Fed kemungkinan tidak akan bertindak cepat.
Kurs Rupiah di Bank Umum
Di tengah penguatan Rupiah, berikut kurs jual-beli dolar AS hari ini di sejumlah bank besar Indonesia:
BCA (PT Bank Central Asia Tbk.)
E-rate: harga beli Rp16.705, harga jual Rp16.725 (pukul 09.38 WIB)
TT counter: harga beli Rp16.555, harga jual Rp16.855 (pukul 08.01 WIB)
Bank notes: harga beli Rp16.555, harga jual Rp16.855 (pukul 08.05 WIB)
BRI (PT Bank Rakyat Indonesia Tbk.)
E-rate: harga beli Rp16.698, harga jual Rp16.723 (pukul 09.34 WIB)
TT counter: harga beli Rp16.615, harga jual Rp16.815
Bank Mandiri (PT Bank Mandiri Tbk.)
Special rate: harga beli Rp16.705, harga jual Rp16.735 (pukul 08.36 WIB)
TT counter: harga beli Rp16.525, harga jual Rp16.825
Bank notes: harga beli Rp16.525, harga jual Rp16.825 (pukul 09.33 WIB)
BNI (PT Bank Negara Indonesia Tbk.)
Special rate: harga beli Rp16.701, harga jual Rp16.731 (pukul 09.35 WIB)
TT counter: harga beli Rp16.565, harga jual Rp16.865
Bank notes: harga beli Rp16.565, harga jual Rp16.865
Faktor Penguatan Rupiah
Penguatan Rupiah dipengaruhi oleh kombinasi faktor global dan domestik. Di satu sisi, dolar AS yang sempat melemah memberikan ruang bagi mata uang negara berkembang untuk menguat.
Di sisi lain, sentimen investor yang menunggu rilis data ekonomi AS menimbulkan ketidakpastian, sehingga pergerakan Rupiah cenderung fluktuatif dalam jangka pendek.
Selain itu, pelemahan dolar sering dikaitkan dengan potensi pelonggaran suku bunga oleh The Fed. Namun, kontradiksi antara ekspektasi pasar dan pergerakan kontrak Fed funds futures membuat investor bersikap hati-hati.
Prospek Jangka Pendek
Pasar menanti perkembangan data ekonomi AS, khususnya angka inflasi, tingkat pengangguran, dan pertumbuhan ekonomi.
Data-data ini diprediksi akan mempengaruhi arah suku bunga dan strategi investasi global. Sementara itu, Rupiah berpotensi mengalami volatilitas seiring dengan sentimen global dan pergerakan modal asing.
Kondisi ini menunjukkan bahwa investor perlu memperhatikan tidak hanya faktor domestik, tetapi juga dinamika global, khususnya keputusan The Fed dan rilis data ekonomi AS.
Rupiah dibuka menguat pada perdagangan hari ini, Jumat, 14 November 2025, ke level Rp16.718 per dolar AS, dipengaruhi sentimen investor dan kondisi global. Mata uang negara-negara Asia Pasifik bergerak bervariasi, sementara investor menanti gelombang data ekonomi AS.
Di tengah ketidakpastian ini, kurs dolar AS di bank besar seperti BCA, BRI, Mandiri, dan BNI tercatat mengalami fluktuasi tipis pada e-rate, TT counter, maupun bank notes.
Penguatan Rupiah saat ini menjadi indikator bahwa pasar mulai menyesuaikan diri dengan sentimen global, namun tetap waspada terhadap perkembangan ekonomi AS yang dapat memengaruhi arah suku bunga dan nilai tukar secara keseluruhan.